Jejak-Jejak Trauma Peristiwa Talangsari 1989

- 7 Desember 2021, 16:23 WIB
Amir dan Istrinya, Siti Khubaisah barcerita tentang rasa traumanya akibat Peristiwa Talangsari, Sabtu 20 November 2021
Amir dan Istrinya, Siti Khubaisah barcerita tentang rasa traumanya akibat Peristiwa Talangsari, Sabtu 20 November 2021 /Metro Lampung News/Lutfi Yulisa/

Selain itu, ia juga memiliki alasan lain untuk tidak mengunjungi lokasi peristiwa Talangsari. Kenangan akan rumah tempat dulu berkumpul dengan suami dan anak-anak kembali teringat jika ia ke lokasi.

“Ingetnya kan dulu ini rumah saya, sekarang nggak ada rumahnya,” ucap Ratinah mengingat rumahnya lenyap terbakar. 

Tahun 2019, Ratinah memutuskan untuk berani mengunjungi lokasi Talangsari, ia memutuskan untuk belajar menerima kenyataan bahwa peristiwa yang dialami keluarganya adalah sebuah takdir.

Keberanian Ratinah mendatangi lokasi Talangsari bukan tanpa proses. Adalah Supiyah, orang yang selama ini rajin mengajak Ratinah untuk bersosialisasi kembali dengan masyarakat.

Setelah mengikuti pelatihan dari Yayasan Pulih di tahun 2016, Supiyah mengerti bagaimana cara berbicara dan mendekati Ratinah.

Supiyah sendiri juga merupakan salah satu korban Talangsari. Rumahnya dulu tak jauh dari lokasi peristiwa Talangsari. Hingga saat ini pun ia tak berani membangun rumah di lokasi semula. Supiyah memilih membeli tanah beberapa kilometer dari lokasi Talangsari.

“Seperti dusun mati, nggak ada kegiatan apapun.” ungkap perempuan berumur 51 tahun ini.

Supiyah menerangkan jalanan masih berbatu-batu, mengurus KTP saja sulit. Ia baru bisa membuat KTP di tahun 2019. 

“Imunisasi nggak bisa, vitamin juga nggak dapet. Katanya orang lokasi jadi nggak dapet jatah,” Keluarga Supiyah dicap sebagai orang lokasi dengan maksud ada kaitannya dengan peristiwa Talangsari.***

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x