Jejak-Jejak Trauma Peristiwa Talangsari 1989

- 7 Desember 2021, 16:23 WIB
Amir dan Istrinya, Siti Khubaisah barcerita tentang rasa traumanya akibat Peristiwa Talangsari, Sabtu 20 November 2021
Amir dan Istrinya, Siti Khubaisah barcerita tentang rasa traumanya akibat Peristiwa Talangsari, Sabtu 20 November 2021 /Metro Lampung News/Lutfi Yulisa/

Derita Amir rupanya belum berakhir setelah dibebaskan dari penjara. Amir diwajibkan melapor ke kantor Koramil Labuhan Maringgai selama hampir 4 tahun lamanya. Dari rumah ke koramil, Amir perlu naik dua angkutan umum oplet dua kali untuk sampai ke Koramil.

“Tidak hanya tanda tangan tapi membersihkan halaman Koramil yang luas, rumput-rumput harus bersih nggak boleh ada kertas,” kalau menolak Amir mengaku bisa dijotos.

Amir juga ditugaskan untuk mengepel ruangan, mengisi bak, mencuci piring, mencuci mobil dan motor. Tak hanya itu, Amir juga diminta membuat ajir dari bambu sebanyak 2.500 batang termasuk membeli bambu sendiri, mengantarkan ke kantor Koramil tanpa pemberian uang pengganti.

Sementara itu, di sekolah, Amir tak lagi mendapat izin mengajar. Guru Agama Islam ini memang datang setiap hari, namun aktivitasnya bukan mengajar selaiknya guru. Ia diberikan tugas untuk membantu administrasi, bersih-bersih halaman, membersihkan kantor dan kelas, mirip seperti tukang kebun. 

“Pernah disuruh ngecat tembok di dalam kelas, ada guru mengajar dan anak-anak masih belajar,” tuturnya Amir yang merasa dipermalukan saat itu.

Baru di tahun 2004, setelah ganti kepala sekolah, ia diperkenankan mengajar Agama Islam di kelas 1 hingga kelas 6. Amir  juga dipilih lagi menjadi Ketua Gugus Depan Pramuka SDN 1 Bandar Agung.

Selama ditahan 16 bulan, istri Amir hanya menerima gaji selama dua bulan saja. Siti Khubaisah terpaksa menjual semua ternak ayam ras berjumlah sekitar 450 ekor mereka demi bertahan hidup. Siti memutar akal untuk bisa menyambung hidup bersama 4 anaknya yang masih kecil-kecil.

“Jualan es, pecel lontong di depan rumah,” ucap Siti yang juga terpaksa meminjam uang ke Bank Plecit (Bank keliling).

Entah berapa kali ia menangis, memikirkan besok harus bagaimana? Sampai kapan kesulitan ini terjadi? Sambil memandangi empat anak yang masih kecil-kecil saat mereka tidur.

“Anak-anak nangis pingin bapaknya pulang, nangis minta beli baju lebaran,” cerita Siti meski sudah menjelaskan bahwa ayah mereka dipenjara.

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x