Menilik Peristiwa Talangsari 1989, Kisah Korban Berdamai dengan Trauma

- 6 Desember 2021, 23:49 WIB
Angka 1989 dimana tahun terjadinya Peristiwa Talangsari, terukir di lantai rumah Mardi
Angka 1989 dimana tahun terjadinya Peristiwa Talangsari, terukir di lantai rumah Mardi /Metro Lampung News/Lutfi Yulisa/

“Saya tinggal di bekas reruntuhan rumah, atasnya dikasih terpal. Mulai dari nol lagi, sendok satu saja nggak ada.”

Lalu saat ingin kembali bersekolah, tak ada sekolah lagi yang mau menerimanya sebagai murid kelas 1 SMP. Ia dicap sebagai keluarga PKI dan Mujahidin. Sampai akhirnya ia bisa bersekolah di sebuah madrasah tsanawiyah, karena bantuan teman ayahnya.

“Semua manggilnya Mujahidin…. Mujahidin,” ungkap Edi yang mengaku tak memiliki banyak teman saat sekolah.

Mengenai apa yang dialami oleh keluarganya, Azwar dan Edi rajin menuliskannya di lembaran kertas folio. Pasca peristiwa bahkan ayah Edi sempat dipenjara kembali dua kali. Pertama karena menulis surat ke Pos Tromol 500 yang ditujukan kepada Wakil Presiden di tahun 1990, kedua di Tahun 1992 karena ingin membuktikan ketidakterlibatannya dalam kasus Talangsari.

Saat ini, Edi memang sudah berani bercerita tentang masa lalunya, tak ada keraguan saat ia bercerita namun siapa sangka setelah kejadian Talangsari di Sidorejo dimana saat itu ia melihat banyak darah di lokasi, Edi mengaku sampai sekarang takut disuntik padahal sebelumnya ia tak takut melihat darah karena ibunya sering membantu proses persalinan.

“Kalo sekarang disuntik, yang darah-darah gitu nggak mau, takut saya,” tutupnya.***

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah