Menilik Peristiwa Talangsari 1989, Kisah Korban Berdamai dengan Trauma

- 6 Desember 2021, 23:49 WIB
Angka 1989 dimana tahun terjadinya Peristiwa Talangsari, terukir di lantai rumah Mardi
Angka 1989 dimana tahun terjadinya Peristiwa Talangsari, terukir di lantai rumah Mardi /Metro Lampung News/Lutfi Yulisa/

“Saya cariin tiker nggak ada, akhirnya pakai daun pisang,” Edi sudah didampingi ibunya saat itu.

Melihat kekacauan yang terjadi di desanya, Edi dan sang ibu memutuskan untuk mengungsi ke tempat nenek, tak lama mereka memutuskan untuk pindah ke kediaman keluarga mereka di Lampung Selatan.

Setelah kejadian itu, Edi tak tahu keberadaan sang ayah. Ia berpisah dengan keluarganya. Sementara sang ibu dan adiknya pulang ke kampung halaman di Sumatera Barat.

Sebulan setelah kejadian, Pria berumur 43 tahun ini menyusul dan ibu pulang ke Sumbar dengan menumpang mobil fuso.

Sampai di Painan, kampung halaman ayahnya. Edi dijemput oleh Babinsa lalu dibawa ke Koramil, lalu dibawa kembali ke Kodim. Edi melihat ibunya sudah ada di sana, namun ia tak diperbolehkan bertemu.

Edi mencoba mendeskripsikan apa yang ia lihat di Kodim saat itu. Ada ruangan terbuka di tengah seperti lapangan yang agak luas, di sekitarnya ada bangunan yang mengelilingi. Ia hanya bisa melihat dari ruangan yang tertutup kaca berjarak sekitar 15m waktu ibu diinterogasi, tanpa terdengar jelas apa yang mereka ucapkan.

“Saya teringat betul, Ibu saya kepalanya dibentur-benturin ke tembok,” Edi merasa begitu sakit melihat bagaimana ibunya diperlakukan.

Setelah kejadian itu, Edi dan ibunya dibawa dan ditahan di Korem Padang, selama ditahan ia sering mendengar pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilontarkan kepada ibunya.

“Bapak kamu mantan pejuang PRRI ya!” Edi menirukan petugas.

Pria berdarah Padang ini sempat marah dan melawan. Ia ambil stik biliar lalu dipukul-pukulkan ke kursi. 

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x