Kondisi Bahasa Lampung Masih Memprihatinkan, Sastrawan Lampung: Harapan Bahasa dan Sastra Lampung Berkembang

- 25 Februari 2021, 01:16 WIB
Peluncuran Kamus Lampung–Indonesia versi cetak dan daring pada Kamis, 18 Februari 2021 di hotel Horisson, Bandar Lampung.
Peluncuran Kamus Lampung–Indonesia versi cetak dan daring pada Kamis, 18 Februari 2021 di hotel Horisson, Bandar Lampung. /Kantor Bahasa Propinsi Lampung/https://kantorbahasalampung.kemdikbud.go.id

PR Metro Lampung News-- Mungkin tidak banyak yang tahu, jika tanggal 21 Februari 2021 lalu diperingati sebagai hari bahasa ibu internasional.

Sayangnya peringatan hari bahasa ibu di Lampung terkesan 'lengang' dari upaya pelestarian. Meski berlangsung hari bahasa ibu tapi kondisi bahasa Lampung masih memprihatinkan justru di tempat asalnya sendiri. 

Sastrawan Lampung Udo Zul atau Zulkarnain Zubairi mengaku cemas dengan keadaan ini. Jangankan pada saat momentum hari bahasa ibu internasional, di hari biasa saja penggunaan atau upaya untuk melestarikan saja tidak ada akibatnya kian hari kondisi bahasa Lampung masih memprihatinkan. 

Udo Zul menambahkan dengan kondisi bahasa Lampung yang memprihatinkan seperti saat ini kepedulian pada bahasa dan sastra Lampung dari pihak terkait apalagi dari pemerintah justru terkesan basa-basi. 

Angin segar akan upaya pelestarian bahasa Lampung, tambahnya, baru ditunjukkan sebatas pada ditetapkannya program studi S1 Pendidikan Bahasa Lampung di Universitas Lampung. 

"Sebenarnya saya capek. Tapi, tetap tak boleh berhenti. Apa yang bisa saya kerjakan akan saya lakukan, sekecil apapun itu. Karena saya masih punya harapan bahasa dan sastra Lampung bisa berkembang," harapnya.

Baca Juga: Kunci Jawaban Pandai Berbahasa Lampung Kelas 4 Halaman 52 Legenda Danau Ranau

Menurutnya, kian terpuruknya bahasa Lampung di tempat asalnya sendiri adalah karena tidak ada strategi (pembinaan) bahasa Lampung, belum ada perencanaan bahasa Lampung. Ditambah pula belum ada guru bahasa Lampung SD-SMA yang berkualifikasi S1. 

Selain itu, muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah bukannya ikut membantu upaya pelestarian bahasa justru malah membuat siswa dan orang tua bingung termasuk pula guru pengajarnya.

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah