Kisah Korban Talangsari: Harapan Akan Keadilan

- 3 November 2023, 20:36 WIB
Muhdianto saat mengantar kayu di rumah tetangganya.
Muhdianto saat mengantar kayu di rumah tetangganya. /Metro Lampung News/Lutfi Yulisa

"Beruntung saya masih memiliki anak bayi yang bisa menjadi penghibur. Kalau tidak, saya mungkin akan gila," ujarnya dengan suara serak, sesekali mengusap air mata dengan ujung jilbabnya.

Ratinah tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Setelah Peristiwa Talangsari, ia tidak berani mengunjungi lokasi kejadian, meskipun sekarang rumahnya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari sana. Selama ini, ia hanya sibuk beraktivitas di dalam rumah. Ia takut menjadi bahan pembicaraan orang banyak yang mengaitkan keluarganya dengan Jemaah Warsidi, kelompok pemberontak.

Selain itu, alasan lainnya mengapa ia tidak mengunjungi lokasi peristiwa Talangsari adalah karena hal itu mengingatkannya pada kenangan rumah tempat dulu ia berkumpul bersama suami dan anak-anaknya.

"Ingetnya kan dulu ini rumah saya, sekarang enggak ada rumahnya," kata Ratinah, mengingat rumahnya yang telah lenyap terbakar. Pada tahun 2019, Ratinah akhirnya memutuskan untuk mengunjungi lokasi Talangsari. Ia memilih belajar menerima kenyataan bahwa peristiwa yang dialami keluarganya adalah sebuah takdir.***

(Tulisan ini didukung oleh dana dari SEA Junction melalui Small Grants Program Staying Resilient Amidst Multiple Crises in Southeast Asia)

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x