Rumah Turasih dan Sucipto habis terbakar pada peristiwa Talangsari. Padahal, mereka baru tiga bulan merenovasi atap rumahnya menjadi genteng.
“Saya baru ganti atapnya 3 bulan, hasil kerja keras pingin punya rumah,” kata Sucipto.
Hal yang disesalkan Turasih adalah, anak-anaknya tak bisa melanjutkan pendidikan seperti yang ia rencanakan.
“Anak-anak cuma bisa sekolah sampai SD, 2 orang yang sampai SMP.”
Padahal ia sudah mempersiapkan sapi peliharaanya untuk biaya sekolah anak-anaknya.
“Sapi-sapinya hilang, perekonomian jadi carut marut,” kenang Turasih.
Usai tragedi itu, untuk menyambung hidup Turasih berjualan oyek-oyek. Oyek-oyek adalah makanan berbentuk bulat yang dibuat dari bahan singkong. Sebelum menjadi oyek-oyek siap jual, butiran singkong dicetak dalam bentuk bulat. Setelah dicetak, bahan oyek-oyek itu kemudian dikukus lalu dijemur.
Ibu enam orang anak ini sudah menekuni usaha oyek-oyek sekitar 20 tahun.
“Satu kg harganya Rp.13.000,” kata Turasih.
Selain Turasih dan Sucipto ada pula Amir, seorang guru agama yang perekonomian keluarganya karut marut.