Dorong Aksi Perubahan Iklim di Sektor Pertanian, YKWS-Pattiro Adakan FGD Multipihak

- 19 Mei 2022, 19:10 WIB
Foto bersama YKWS-Pattiro dan berbagai pihak pemerintahan di Lampung Timur
Foto bersama YKWS-Pattiro dan berbagai pihak pemerintahan di Lampung Timur /Rilis/

PR Metro Lampung News-- Pattiro Lampung berkolaborasi dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) menyelenggarakan diskusi terfokus multipihak dalam rangka mendorong adanya aksi adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian Kabupaten Lampung Timur Kamis, 19 Mei 2022. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rangkaian awal program Voice of Inclusiveness Climate Resilience Action (VICRA) atau Suara untuk Aksi Berketahanan Iklim di Kabupatan Lampung Timur.

Dipandu oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Lampung Timur, M Yusuf HR, kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (KPTPHBun), Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Bappeda Lampung Timur, Laboratorium Penanganan Hama Penyakit Tanaman Trimurjo, dan UPTD PSDA Provinsi Lampung.

Isyanto, selalu Koordinator Program VICRA menyampaikan bahwa Kabupaten Lampung Timur menjadi lokasi superprioritas pembangunan berketahanan iklim khususnya untuk sektor pertanian. Hal ini berarti Lampung Timur memiliki potensi kehilangan produksi padi akibat perubahan iklim sehingga perlu dilakukan upaya-upaya adaptasi perubahan iklim.

“Hasil identifikasi lapangan yang telah kami lakukan, kerentanan akibat perubahan iklim ini terjadi karena kondisi yang ekstrem kering, ekstrem basah, dan serangan hama penyakit. Sehingga perlu tindaklanjut untuk mengantisipasi kondisi musim tanam gadu ini,” paparnya.

Menurut Kepala UPTD PSDA Wilayah II Provinsi Lampung, Yeni Rianto, salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan efisiensi pola pengairan dan pola tanam yang dilakukan oleh tim PSDA dan para petani.

“Selama ini kan belum terkoordinir sehingga datangnya air tidak sesuai dengan kesiapan petani untuk pengolahan lahan. Sedangkan kebutuhan air pada setiap tahapan itu berbeda,” ujarnya.

Asisten II Bidang Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Lampung Timur, M Yusuf HR mengatakan bahwa sebagian petani masih berpegang pada perhitungan mongso. Hal tersebut membuat petani tidak melakukan olah lahan dan proses tanam apabila belum masuk mongso yang dimaksud.

Menurutnya, perhitungan mongso saat ini sudah tidak relevan lantaran adanya pengaruh dari perubahan iklim yang mengakibatkan penentuan musim menjadi tidak pasti. Hal tersebut juga berkaitan dengan yang disampaikan oleh Isyanto dimana kajian lapangan yang telah dilakukan Tim VICRA menunjukkan bahwa perubahan cuaca ekstrem bahkan mempengaruhi jumlah hama penyakit di lahan pertanian.

Selain faktor alam, sektor pertanian juga dihadapkan dengan keterbatasan SDM pengelola lahan pertanian dimana sebagian besar buruh tandur saat ini merupakan perempuan-perempuan berusia lanjut. Hal serupa juga diamini oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas KPTPH, Sutrisna.

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama

Sumber: Rilis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x