Granat Kejut dari Polisi Israel Buat 205 Warga Palestina Alami Luka-luka

- 9 Mei 2021, 11:28 WIB
Masjid Al Aqsa diserang Israel pada saat warga Palestina melaksanakan ibadah salat Isya. Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam 8 Mei 2021.
Masjid Al Aqsa diserang Israel pada saat warga Palestina melaksanakan ibadah salat Isya. Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam 8 Mei 2021. /REUTERS/Ammar Awad
 
 
 
PR Metro Lampung News-- Polisi Israel melakukan pembakkan peluru karet berlapis logam dan granat setrum ke arah warga Palestina.

Kekerasan berdarah itu terjadi di depan Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.

Peristiwa antara Polisi Israel dan warga Palestina itu terjadi pada Jumat, 8 Mei 2021 malam waktu setempat.

Respon keras Polisi Israel disebabkan lemparan batu warga Palestina.

Hal itu karena tidak terima atas penggusuran rumah mereka yang diklaim oleh pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur.

Bentrokan berdarah itu setidaknya sebabkan 205 warga Palestina dan 17 Polisi terluka di depan tempat paling suci umat muslim sebagaimana dikutip dari Aljazeera.

Baca Juga: Cara Menjadi Agen Aqua Home Service, Syarat Mudah Bisa Untung 20 Juta Perbulan


Puncak dari bentrokan itu yakni ketika Polisi Israel mengerahkan pasukannya secara besar-besaran ketika warga Palestina menunaikan salat Isya di Masjid Al-Aqsa.

Polisi Israel melakukan blokade menuju Masjid Al-Aqsa di dalam Kota.

Menurut laporan, salah seorang terluka sampai kehilangan salah satu matanya dan luka di kepala, serta rahang patah.

Pejabat setempat sampai turun tangan menghentikan bentrokan tersebut menggunakan speaker Masjid Al-Aqsa.


Dia meminta kepada Polisi Israel untuk menghentikan pelemparan granat kejut ke arah warga Palestina.

Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan seruan agar menahan diri dan tetap tenang, supaya bentrok tak makin memburuk.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam Israel dan meminta pertanggungjawaban pertumpahan darah itu.

Bentrokan ini buntut atas organisasi pemukiman Yahudi yang mengajukan gugatan sejak tahun 1970-an.

Pemukim Yahudi mengklaim wilayah itu awalnya adalah milik orang Yahudi, dan melakukan pengusiran warga Palestina sejak 1956.

Dana Bantuan Uni Eropa

Sementara itu, Uni Eropa (UE) telah menangguhkan dukungannya untuk dua proyek bantuan Palestina.

Penangguhan itu terjadi setelah Israel mengklaim dana kemanusaiaan itu dialihkan ke Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Diketahui PFLP sebuah kelompok bersenjata yang ditunjuk sebagai organisasi teroris oleh beberapa kekuatan dunia.

Badan keamanan Israel, Shin Bet mengklaim bahwa tujuh kelompok bantuan Palestina yang bekerja di Tepi Barat telah 'menipu dan mencurangi beberapa negara Eropa' sebanyak jutaan euro karena telah membantu mendanai PFLP.

Seorang pejabat Israel mengatakan uang dari Uni Eropa, Swiss, Jerman, Belanda, Inggris, Belgia, Swedia, dan Spanyol telah dialihkan ke organisasi teroris PFLP itu.

"Tidak ada pemerintah yang tahu ke mana uang itu pergi," kata pejabat Israel itu," dikutip dari The National News, Sabtu, 8 Mei 2021.

Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan telah memanggil utusan negara-negara Eropa terkait.

Sumber di Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan saat ini sedang meninjau informasi yang tersedia dan menganggap tuduhan dan indikasi hubungan dengan organisasi teroris dengan sangat serius.

Sumber itu menambahkan bahwa utusannya di Tel Aviv belum diundang ke kementerian luar negeri Israel untuk membahas topik tersebut.

"Kami menyambut baik dialog substansial dengan otoritas Israel tentang pengamanan dan keprihatinan khusus mereka mengenai pendanaan organisasi masyarakat sipil," kata seorang juru bicara Uni Eropa.

“UE telah menawarkan, dan bermaksud untuk membangun, dialog yang matang tentang masalah-masalah ini. Tentu saja kami memeriksa setiap tuduhan yang dibuat. Kami sedang mempelajari materi spesifik yang dibagikan dengan kami," katanya.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Swiss mengatakan pihaknya secara menyeluruh memeriksa semua tuduhan terhadap organisasi yang didukungnya dan, jika dibuktikan, akan diambil tindakan.
Menurut badan keamanan Israel, kelompok kemanusiaan membengkakkan faktur, memalsukan dokumen bank, membuat proyek palsu dan meningkatkan gaji untuk menipu para pendonor.

"Aturan Uni Eropa (UE) membuat partisipasi entitas, individu atau kelompok yang berafiliasi dengan organisasi teroris tidak sesuai dengan pendanaan UE mana pun," kata juru bicara UE.

"Jika ada bukti jelas bahwa organisasi mana pun telah menggunakan dana UE secara tidak tepat, UE akan segera mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi integritas dan penggunaan dana yang tepat," ujarnya.

Uni Eropa mengatakan telah menangguhkan dua proyek bantuan yang sedang berjalan agar memberi waktu untuk melakukan audit.

Uni Eropa mengatakan pihaknya berdiri di garis depan upaya anti-terorisme. Semua negara Eropa yang disebutkan telah dihubungi untuk dimintai komentar.

Shin Bet Israel mengatakan telah mengidentifikasi empat tersangka utama. Salah satunya, warga negara Spanyol Juana Rashmawi, muncul di pengadilan militer Israel pada Kamis, 6 Mei 2021 lali.***

Editor: D. W. Kusuma


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x