AJI Bandar Lampung Kecam dan Usut Tuntas Initimidasi Terhadap Jurnalis Metro TV Lampung Yehezkiel

- 5 Mei 2021, 17:15 WIB
 Jurnalis Metro TV Lampung Yehezkiel Ngantung (pakaian hitam) menyelamatkan diri dari kejaran sekelompok orang yang diduga preman di kompleks Pemkab Lampung Barat, Selasa siang, 4/5/2021. Dia mengalami kekerasan ketika meliput kericuhan di depan kantor bagian Unit Layanan Pengadaan di kompleks Pemkab Lampung Barat.
Jurnalis Metro TV Lampung Yehezkiel Ngantung (pakaian hitam) menyelamatkan diri dari kejaran sekelompok orang yang diduga preman di kompleks Pemkab Lampung Barat, Selasa siang, 4/5/2021. Dia mengalami kekerasan ketika meliput kericuhan di depan kantor bagian Unit Layanan Pengadaan di kompleks Pemkab Lampung Barat. /Rilis AJI Bandar Lampung/

PRMN Metro Lampung-- Organisasi profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung mengecam keras aksi intimidasi terhadap Yehezkiel Ngantung, jurnalis Metro TV Lampung. Jurnalis tersebut mengalami kekerasan saat menjalankan kerja-kerja jurnalistik.

“Korban telah melaporkan kasus ini ke Polres Lampung Barat. Kami mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut,” kata Ketua AJI Bandar Lampung Hendry Sihaloho, Rabu, 5/5/2021.

Hendry mengatakan, peristiwa itu bermula ketika Yehezkiel menyaksikan kericuhan di depan kantor bagian Unit Layanan Pengadaan di kompleks Pemkab Lampung Barat, Selasa siang, 4/5/2021.

Instingnya sebagai jurnalis pun bekerja. Sambil mengatur jarak aman, Yehezkiel mendokumentasikan keributan tersebut.

Menyadari direkam, beberapa orang yang diduga oknum preman menghampiri Yehezkiel. Mereka melarang Yehezkiel mengambil gambar, bahkan berusaha merebut kamera sang jurnalis. Dalam situasi tersebut, korban mendengar perkataan bernada ancaman, “Jangan macam-macam. Saya pecahkan kepala kamu!”

“Keterangan korban, ada seseorang yang terus mengejarnya. Saat itu, korban melihat orang yang mengejarnya menyimpan pisau yang diselipkan di bagian pinggang,” ujar Hendry.

Hendry meminta semua pihak menghormati aktivitas jurnalistik. Sebab, keberadaan jurnalis untuk menjaga dan memastikan hak-hak publik terpenuhi, di antaranya hak atas informasi. Selain itu, kerja-kerja jurnalisme dilindungi UU 40/1999 tentang Pers.

“Pasal 18 UU Pers mengatur bahwa setiap orang yang menghambat atau menghalangi aktivitas jurnalistik dipidana penjara dua tahun atau denda Rp500 juta,” kata dia.

Hendry mengimbau komunitas pers, termasuk perusahaan media, berkomitmen terhadap keselamatan jurnalis. Perlu upaya bersama-sama untuk memutus rantai kekerasan terhadap jurnalis. Bila tidak, maka kekerasan yang menimpa wartawan akan terus terulang.

Halaman:

Editor: Alfanny Pratama

Sumber: Rilis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x