Badak Sumatera Terancam Punah, Dukung Rencana Aksi Darurat Penyelamatannya!

22 Desember 2020, 20:07 WIB
Badak Sumatera terancam punah /Dok TFCA Sumatera Tengah Selatan


PR Metro Lampung News-- Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang terletak di kabupaten Lampung Timur, Lampung memiliki luas kurang lebih 125 ribu hektar. TNWK dikelilingi 38 desa penyangga di Kabupaten Lampung Tengah, dan Lampung Timur.

TNWK memiliki satwa kunci yang khas diantaranya Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus) dan Beruang Madu (Helarctos malayanus) yang menjadi kebanggan masyarakat Propinsi Lampung. 

Populasi Badak Sumatera dinyatakan dalam kategori konservasi terancam punah (critically endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Unit Internasional untuk Konservasi Alam. 

Baca Juga: LSM IAC Menduga Ada Kasus Korupsi Obat HIV Buat ODHA

Hasil analisis berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan lapangan yang dilakukan oleh ALeRT, RPU-YABI dan Patroli Resort lingkup Balai TNWK, estimasi populasi badak sumatera di TNWK tahun 2019 terdapat minimum 18 dan maksimum 20 individu. 

Data ini berdasarkan temuan ukuran tapak, jarak titik temuan dan didukung data kamera trap pada tahun 2019. Diluar 7 ekor badak sumatera berada di pusat penangkaran badak sumatera atau Suaka Rhino Sumatera TNWK. 

Direktur Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT) Way Kambas Arif Rubianto menyebutkan badak sumatera paling sulit untuk diidentifikasi, karena tingkat perjumpaan yang rendah dan sampel terbatas. 

“Badak ini sangat sensitif dan kita butuh pembanding dengan yang ada di SRS (Suaka Rhino Sumatera), ternyata karakter morfologi, sifat dan kebiasaannya berbeda tiap individu. Memang perlu dengan cara khusus, baik melalui kamera trap, dengan software semacam itu artificial intelligence yang menganalisa data-data temuan di lapangan,” terangnya, dalam keterangan tertulis Selasa 22 Desember 2020. 

Identifikasi dari cuplikan kamera trap tidak akan dapat dengan mudah untuk mengidentifikasi badak sumatera, karena jika dari cula, bisa saja patah sehingga mengalami pengecilan. 

Lalu dari liputan kulit juga tidak ada tanda-tanda khusus, sementara ditutupi dengan bekas kubangan sehingga jika ada bekas luka atau tanda lain di kulit tidak akan dapat terlihat jelas. 

“Butuh puluhan clip dengan posisi foto yang tepat untuk identifikasinya, ada juga melalui DNA. Akan tetapi sampel yang diperoleh harus fresh. Misalnya feses harus kurang dari satu hari, urin juga harus kurang dari satu jam, rambut butuh ketelitian tinggi agar tidak tercampur sampah, darah dari bekas luka juga masih jaranglah,” lanjutnya. 

Kesulitan identifikasi individu ini juga disebut Arif menjadi salah satu tantangan dalam melakukan Rencana Aksi Darurat (RAD) Penyelamatan Badak.
Kementerian LHK dalam hal ini Ditjen KSDAE telah membuat rencana aksi darurat melalui Surat Keputusan Dirjen KSDAE Nomor: SK.421/KSDAE/SET/KSA.2/12/2018 Tanggal 6 Desember 2018 tentang Rencana Aksi Darurat (RAD) Penyelamatan Badak Sumatera tahun 2018 – 2021.

Baca Juga: Ini Dia Susunan 6 Menteri Baru yang Siap Dilantik Esok!

Rencana aksi penyelamatan badak sumatera di TNWK mencakup upaya penangkapan individu badak sumatera dalam kondisi produktif, dan menggabungkan badak-badak tangkapan ke dalam sarana Conservation breeding atau SRS.

Tujuannya adalah untuk mempercepat pengembangbiakan badak di SRS Way Kambas serta menghindari perkawinan sedarah (Inbreeding), perkawinan ini dapat menyebabkan hilangnya keragaman genetika khususnya badak sumatera. 

“RAD tetap berjalan, sesuai rencana. Tapi butuh data awal individu harus jelas, jangan sampai niatnya menyelamatkan tapi fatal bagi badaknya. Karena harus jelas individu mana yang harus ditargetkan, diselamatkan, butuh Secara umum akan tetap jalan terus. Persoalan timnya, pelatihan peralatan dan lainnya ini juga harus diperhatikan,” jelas Arif.

Baca Juga: Bansos BST Rp300 Ribu dari Kemensos Masih Sampai Desember, Cek di dtks.kemensos.go.id!

RAD ini juga mendapatkan dukungan dari KEHATI melalui pendanaan TFCA Sumatera dan TFCA Kalimantan. Saat ini TFCA Sumatera khususnya wilayah tengah -selatan bekerja dengan mitra di delapan taman nasional, diantaranya TN Kerinci Seblat, TN Bukit Tigapuluh, TN Tesso Nilo, TN Berbak Sembilang, TN Bukit Barisan Selatan, TN siberut, TN Tesso Nilo, dan Semenanjung Kampar. ***

Editor: Lutfi Yulisa

Sumber: TFCA

Tags

Terkini

Terpopuler