Menjaga Sinergi Kebijakan untuk Menjamin Stabilitas dan Mendukung Pemulihan Ekonomi

31 Desember 2023, 14:46 WIB
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan performa positif, didorong oleh ketahanan konsumsi domestik dan penguatan investasi. /Pixabay/Nattanan Kanchanaprat

PR Metro Lampung News-- Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan performa positif, didorong oleh ketahanan konsumsi domestik dan penguatan investasi. Pihak berwenang didorong untuk menjaga sinergi kebijakan guna memastikan stabilitas makroekonomi dan keuangan, serta mempertahankan momentum pemulihan di tengah tantangan global yang terus berlangsung. Ini merupakan penilaian awal yang disampaikan Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO) setelah Kunjungan Konsultasi Tahunan ke Indonesia pada 20 November hingga 1 Desember 2023.

Tim AMRO yang dipimpin oleh Lead Economist, Sumio Ishikawa, bersama Direktur AMRO, Kouqing Li, dan Kepala Ekonom, Hoe Ee Khor, secara intensif membahas risiko dan tantangan yang dihadapi perekonomian Indonesia, serta pilihan kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan memperkuat momentum pemulihan.

Perkembangan dan Proyeksi Ekonomi

"Perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,0 persen pada tahun 2023 dan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2024," kata Ishikawa.

Menurutnya, permintaan domestik yang kuat, didukung oleh kepercayaan konsumen yang solid, insentif belanja terkait pemilu, proyek-proyek strategis nasional seperti ibu kota baru, serta pemulihan permintaan eksternal yang terencana, diharapkan akan terus mendorong pertumbuhan. "Penting untuk menjaga sinergi kebijakan di antara lembaga-lembaga terkait guna mendukung stabilitas dan aktivitas ekonomi," tambahnya.

Baca Juga: Poin Garuda Miles Bisa Ditukar Apa? Ini Info Berapa Lama Poin Garuda Miles Masuk dan Apakah Bisa Kadaluarsa

Inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dalam target 3,0±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% pada tahun 2024, berkat kebijakan konsisten Bank Indonesia (BI), sinergi erat antara BI dan pemerintah dalam mengelola inflasi dengan memastikan ketersediaan dan distribusi barang [1], serta subsidi energi yang berkelanjutan. Surplus perdagangan yang signifikan, pertumbuhan sektor pariwisata, dan investasi langsung asing (FDI) yang terus meningkat telah memberikan dukungan kuat terhadap posisi eksternal, meskipun gejolak baru-baru ini dalam arus modal.

Respon Kebijakan

Bank Indonesia terus memperkuat kebijakannya dengan menaikkan suku bunga kebijakan, mengelola volatilitas nilai tukar, dan meningkatkan kedalaman keuangan untuk memperkuat ekspektasi inflasi dan menopang stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara itu, kebijakan makroprudensial yang akomodatif dipertahankan untuk mendukung penyaluran kredit kepada sektor usaha, didukung oleh perbaikan kondisi perbankan. Langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran dan mendorong penggunaan mata uang lokal juga diperkuat.

Peningkatan pendapatan dari anggaran memungkinkan pemerintah meningkatkan belanja sambil tetap menjaga defisit fiskal di bawah batas atas aturan fiskal sebesar 3 persen dari PDB pada tahun 2023. Langkah-langkah reformasi pajak sebelumnya berkontribusi pada konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari perkiraan dalam dua tahun terakhir, dengan komitmen pemerintah untuk menjaga prinsip kehati-hatian fiskal pada tahun 2024.

Risiko dan Tantangan

Dengan dukungan pertumbuhan ekonomi yang kuat dari permintaan domestik, Indonesia, seperti negara-negara berkembang lainnya, tetap rentan terhadap risiko perlambatan yang lebih tajam dari yang diperkirakan, terutama terkait dengan dinamika ekonomi global yang tidak pasti.

Risiko lonjakan harga pangan dan energi di pasar global meningkat, dipicu oleh fenomena El Nino, kebijakan OPEC+ terkait produksi minyak, dan ketegangan baru-baru ini di Timur Tengah. Kenaikan harga komoditas dapat berdampak pada inflasi impor.

Keengganan terhadap risiko aset negara berkembang, termasuk Indonesia, terus berlanjut, terutama terkait kebijakan moneter AS yang ketat dan berkelanjutan.

Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan struktural dalam upaya meningkatkan ketahanan ekonomi dan melancarkan transisi menuju ekonomi hijau.

Rekomendasi Kebijakan

AMRO mendukung sinergi kebijakan saat ini di antara lembaga-lembaga pemerintah. Dalam skenario penurunan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan di mitra dagang utama, pihak berwenang diingatkan untuk memantau risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan keuangan, serta siap memberikan dukungan yang diperlukan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

AMRO menyambut baik upaya otoritas untuk memperdalam pasar keuangan domestik. Pengenalan instrumen kebijakan moneter baru yang memiliki tingkat suku bunga pasar yang bersaing dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder diharapkan dapat meningkatkan kedalaman pasar uang dan menarik investasi portofolio asing. Inisiatif untuk mempromosikan transaksi mata uang lokal akan memudahkan perdagangan dan investasi tidak hanya dengan kawasan ASEAN, tetapi juga Jepang dan Tiongkok, sambil mengurangi ketergantungan pada USD dalam pembiayaan perdagangan.

Pihak berwenang didorong untuk terus memperluas ruang fiskal melalui langkah-langkah peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan belanja yang lebih tinggi, sekaligus mempertahankan disiplin fiskal. Integrasi nomor identifikasi wajib pajak ke sistem identifikasi nasional dan pembentukan sistem inti perpajakan diharapkan.***

Editor: Lutfi Yulisa

Tags

Terkini

Terpopuler