Pada tahun itu berpulangnya keramatullah secara berturut-turut, isteri beliau Khadijah al-Kubra dan paman beliau Abu Talib.
Dua sebab ini pula menjadikan beliau diundang secara langsung oleh Allah Swt, dan sekaligus menerima perintah shalat lima waktu.
Seperti sudah dijelaskan bahwa ketika Nabi berada di Sidratul Muntaha (tempat yang terakhir).
lalu ia memberikan penghormatan/salam kepada-Nya: Attahiyyatul mubarakatush shalawatuth thayyibatu lillah. Lalu Allah menjawab salamnya dengan ucapan: Assalamu’alaika ayyuhannabiyu warahmatullahi wabarakatuh. Selanjutnya Nabi saw menjawab: Assalamu ‘alaina wa’ala ‘ibadihillahish shalihin.
Lalu Malaikat mengucapkan syahadatain dan salawat atas Nabi: Asyhadualla ilahaillallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah, allahumma shalli ‘ala Muhammad. Lalu Nabi menyahutinya dengan ucapan: Wa’ala ali Muhammad.
Rasulullah saw menjelaskan, Allah Swt mewajibkan kepada umatku pada malam Isra lima puluh waktu shalat.
Sebelum menerimanya saya bolak balik meminta keringanan, sehingga menjadi lima waktu sehari semalam. Bolak-baliknya Nabi memohon keringanan, dalam riwayat disebutkan atas saran Nabi Musa AS, “umatmu kecil-kecil, mungkin tidak akan mampu melaksanakannya, sedangkan umatku yang besar tegap, merasa berat melakukannya.”
Musa AS menyarankan kepada Muhammad; irji’ ila rabbika fas alhu at-takhfif, fainna ummataka la tatbiq (kembalilah kepada Tuhan-Mu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya).
Rasulullah saw bolak-balik meminta rukhsah (keringanan) dari Allah sampai sembilan kali, sehingga dari lima puluh waktu menjadi lima waktu. Namun umat Islam harus berbesar hati, bahwa lima waktu itu sama nilainya dengan lima puluh waktu. (HR. Bukhari).