Mengeruk Cuan dari Pengolahan Sampah Kemasan Plastik

- 3 Desember 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi sampah plastik.
Ilustrasi sampah plastik. /Pixabay/RitaE

"Tiap sore direkap. Sampah-sampah itu tidak dibuang ke TPA," kata Subarna.

Selain itu, setiap harinya bank sampah induk mampu membayar ke warga sebesar Rp10-20 juta ke warga untuk sampah yang berhasil dikumpulkan.

Saat ini di bank sampah induk telah menaungi sedikitnya 800 bank sampah unit. Masyarakat pun termotivasi memilah sampah jika melihat ada insentif dan perputaran uang.

Sejak melakukan MoU dengan sejumlah bank sampah unit (BSU), pada 2017 omzet yang berhasil dikumpulkan Bank Sampah Satu Hati mencapai Rp1,5 miliar. Omzet itu terus tumbuh, pada tahun 2018 sampai Juni 2019 mencapai Rp8,2 miliar.

Sementara itu, Febriadi Pratama, Co-Founder Gringgo, start up yang berfokus pada sustainable development dan waste collector menilai edukasi pemilahan sampah daur ulang harus terus dilakukan.

Hal ini dikarenakan masih banyak warga yang tidak tahu jenis sampah yang bisa didaur ulang. Kondisi ini membuat Gringgo hadir sebagai platform berbasis artificial inteligent (AI) untuk membantu membangun kesadaran tersebut di masyarakat.

"Di sistem ini kita menggunakan AI untuk membantu mengidentifikasi tipe-tipe barang-barang daur ulang," katanya.

Meskipun masih dalam pengembangan dan ekspansi, Febriadi meyakini ide tersebut mampu memotivasi orang mengidentifikasi sampah yang dihasilkan.

Gringgo juga mengelola sistem informasi bagi user agar dapat mengikuti misi pengumpulan dan pengolahan sampah. User juga berpeluang mendapatkan reward atas partisipasi mereka.

"Data itu akan kita training sebagai model bagi AI agar semakin pintar, sehingga nantinya bisa membantu industri daur ulang, bukan hanya dalam mengidentifikasi tetapi juga mendapatkan barang-barang material yang baik kualitasnya," papar Febriadi.

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah