Mengantar 7 Kukang Jawa ke Gunung Koneng, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

- 22 Januari 2024, 21:57 WIB
Mengantar 7 Kukang Jawa ke Gunung Koneng, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Mengantar 7 Kukang Jawa ke Gunung Koneng, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak /Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) /

PR Metro Lampung News-- Tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) kembali berupaya melestarikan keanekaragaman hayati di Jawa Barat. Pada awal tahun 2024, mereka melepasliarkan 7 individu Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) hasil rehabilitasi, yang termasuk dalam satwa dilindungi berdasarkan PermenLHK Nomor 106 Tahun 2018.

Kegiatan pelepasliaran ini berlangsung pada Jumat, 19 Januari 2024, di Kawasan Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Gunung Koneng Blok Ciawitali, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (PTNW) III Sukabumi, Balai Taman Nasional Gunung Halimun–Salak, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten.

Tujuh Kukang Jawa yang dilepasliarkan terdiri dari enam individu kukang jantan dengan nama Paw-paw, Klap, Kilat, Teru, Ciban, Cibon, serta satu kukang betina bernama Ciben. Satwa-satwa ini berasal dari pelaporan dan penyerahan masyarakat kepada Balai Besar KSDA Jawa Barat dan Balai KSDA Yogyakarta. Beberapa di antaranya juga berasal dari serahan warga melalui pusat penyelamatan satwa, yang kemudian dirawat di pusat rehabilitasi satwa YIARI di Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebelum dikembalikan ke habitat aslinya.

Baca Juga: Pikiran Rakyat Mengulas Kenapa Pinjol sebagai Rentenir Online

Lokasi pelepasliaran dipilih berdasarkan informasi sebaran habitat alami Kukang Jawa (Nycticebus javanicus). Kawasan Resort PTN Gunung Koneng Blok Ciawitali, Seksi PTNW III Sukabumi–TNGHS, dipilih karena merupakan bagian dari habitat sebaran Kukang Jawa. Pertimbangan utama meliputi jarak yang relatif jauh dari pemukiman, keamanan dari perburuan atau gangguan, serta ketersediaan pakan. Pemilihan lokasi tersebut juga didukung oleh kajian kesesuaian habitat pelepasliaran satwa yang dilakukan oleh TNGHS.

Kawasan TNGHS dinilai memiliki ketersediaan pakan potensial untuk Kukang, seperti tumbuhan Puspa (Schima wallichii), Bubuay (Plectocomia elongata), Suwangkung (Caryota rumphiana), Rotan (Calamus sp.), serta tumbuhan herba dan pancang lainnya. Jenis-jenis serangga, reptil, dan burung kecil seperti kutilang juga menjadi sumber pakan bagi kukang.

Populasi Kukang Jawa di kawasan ini cukup jarang, sehingga tingkat kompetisi dalam mencari makanan dianggap rendah. Dengan tingkat ancaman dan gangguan yang dinilai rendah, serta kesadaran sosial budaya masyarakat sekitar yang tinggi terhadap pentingnya menjaga satwa liar, kawasan ini dianggap memenuhi syarat sebagai lokasi pelepasliaran. Titik pelepasliaran di TNGHS berjarak sekitar 124 kilometer dari Pusat Rehabilitasi YIARI di Bogor, dapat dicapai dengan perjalanan darat selama 4 jam dan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit.

Tahapan pra-translokasi dan pelepasliaran melibatkan pembangunan kandang habituasi terlebih dahulu, yang terdiri dari jaring dan bambu dengan luas sekitar 18 m2, sebanyak 5 unit. Kandang habituasi berfungsi sebagai sarana adaptasi bagi kukang di lokasi baru. Kukang yang dilepasliarkan akan menjalani proses habituasi selama 4-5 hari di dalam kawasan TNGHS. Selama masa habituasi, tim Survey, Release, dan Monitoring YIARI akan mengamati perilaku dan kesehatan seluruh kukang. Apabila dianggap berhasil beradaptasi, kukang-kukang ini akan dilepasliarkan dari kandang habituasi ke alam bebas.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Irawan Asaad mengapresiasi hasil kerja sama antara Balai Besar KSDA Jawa Barat dan YIARI, serta Balai TNGHS. Pihaknya bahagia dapat memulai rangkaian pelestarian keanekaragaman hayati di Jawa Barat dengan melepasliarkan 7 individu kukang.

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x