Temuan Dompet Dhuafa: 2 Ton Sampah Mengotori Objek Wisata di Indonesia

- 9 November 2023, 21:20 WIB
   Kiri-kanan: Plt GM Communication Kemitraan Dompet Dhuafa, Akbar Saddam, Founder Yayasan Ecoton Prigi Arisandi, dan Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar dalam diskusi “Youth-Led Waste Revolution”
Kiri-kanan: Plt GM Communication Kemitraan Dompet Dhuafa, Akbar Saddam, Founder Yayasan Ecoton Prigi Arisandi, dan Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar dalam diskusi “Youth-Led Waste Revolution” /SIEJ/

PR Mtero Lampung News-- Akbar Saddam, Pelaksana Tugas (Plt) General Manager Komunikasi dan Kemitraan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, mengungkapkan hasil temuannya yang mengejutkan: sebanyak 2 ton sampah mengotori berbagai objek wisata di Indonesia. Temuan ini berdasarkan hasil re-audit sampah yang dilakukan Dompet Dhuafa di 11 provinsi, termasuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Maluku, Sumatera Utara, Aceh, Sultra, hingga Papua.

Pernyataan ini disampaikan dalam acara Green Press Community (GPC) pada talkshow bertema "Youth-Led Waste Revolution," yang berlangsung pada Rabu 8  November 2023 di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan.

"Temuan kami mengungkap bahwa sekitar 2 ton sampah menggunung di area publik, termasuk taman kota, pantai-pantai yang menjadi objek wisata, dan bahkan di gunung-gunung di Jawa Barat serta satu di Nusa Tenggara Barat," ungkap Akbar.

Baca Juga: Doktor Honoris Causa Artinya Adalah Apa? Ini Arti Honoris Causa yang diberikan Perguruan Tinggi Kepada Tokoh

Dia juga menjelaskan bahwa sebagian besar sampah yang ditemukan adalah plastik yang sulit terurai. "Kami menemukan dua jenis plastik yang sangat sulit terurai, yaitu HDPE (High-Density Polyethylene) dan PET (Polyethylene Terephthalate). Plastik-plastik ini mendominasi area publik seperti gunung dan taman," tambahnya.

HDPE adalah plastik berwarna putih susu yang biasanya digunakan sebagai bahan botol detergen dan sampo, sementara PET adalah jenis plastik transparan yang sering digunakan untuk botol minuman ringan dan air minum dalam kemasan.

Menurut Akbar, temuan ini menunjukkan bahwa pengelola tempat wisata, baik pemerintah maupun swasta, belum melakukan pengelolaan sampah secara berkelanjutan. Padahal, sampah tersebut dapat diubah menjadi sumber energi jika dikelola dengan bijak.

"Ini mendorong kami untuk mengajak para pengelola tempat wisata, baik pemerintah maupun swasta, untuk bekerja sama dalam mengelola sampah dengan cara yang berkelanjutan. Bagaimana cara meminimalkan produksi sampah di tempat wisata dan bagaimana mengelolanya serta memanfaatkannya dengan lebih baik," ungkap Akbar.

Dia juga mencontohkan bahwa sampah-sampah tersebut dapat dijadikan produk-produk fashion atau kreatif oleh perusahaan-perusahaan. "Penting untuk dipahami bahwa sampah yang dihasilkan di tempat wisata atau di tempat umum bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat," tutup Akbar.

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x