Network
Penamaan dimaksudkan untuk menyederhanakan istilah yang digunakan untuk virus penyebab COVID-19 ini agar lebih mudah diucapkan oleh masyarakat dunia.
WHO memberikan pelabelan yang sederhana dari berbagai macam varian dari virus SARS-CoV-2 ini dengan mengumpulkan seluruh ahli dari berbagai macam Negara.
Para ahli tersebut merupakan mereka yang telah memiliki keahlian dalam sistem penamaan mulai dari ahli nomenklatur, taksonomi virus, peneliti virus, pemangku media hingga pemegang otoritas nasional.
Pembentukan tata nama tersebut juga menjadi upaya untuk mencegah stigmatisasi berupa nama daerah yang menjadi asal muasal varian tersebut ditemukan.
WHO mengatakan bahwa mereka ingin mematahkan segala bentuk stigmatisasi dan perbuatan diskriminatif dimana masyarakat mencoba memanggil virus berdasarkan daerah asal virus tersebut.
Penamaan virus SARS-CoV-2 berdasarkan nama daerah asal apalagi Negara dapat menyebabkan munculnya serangan fisik hingga kebencian terhadap suatu ras akibat pandemi COVID-19 ini.
Sebagai salah satu contohnya di Amerika Serikat dimana warga Asia menjadi sasaran kemarahan warga Negara adidaya tersebut di tengah menghadapi pandemi ini.
Seperti yang diketahui oleh kebanyakan masyarakat, varian virus Corona yang menjadi pusat perhatian WHO berasal dari empat Negara yaitu Inggris, Afrika Selatan, Brazil, dan India.
Namun, untuk kepentingan sistem tata nama virus yang sebenarnya dan pelacakan garis keturunan dari genetik virus SARS-CoV-2, para ilmuwan dan peneliti tetap diperbolehkan menggunakan tata nama yang dibuat oleh GSAID, Nextstrain, dan Pango.
Tata nama baru yang diputuskan oleh WHO ini diambil berdasarkan alfabet Yunani yang kemudian dibagi kedalam dua jenis golongan penamaan.
