IYCTC Mendorong Capres dan Cawapres Tidak Menjadikan Orang Muda Hanya sebagai Objek Politik Semata

- 31 Oktober 2023, 20:15 WIB
IYCTC mendorong Capres dan Cawapres tidak menjadikan orang muda hanya sebagai objek politik semata.
IYCTC mendorong Capres dan Cawapres tidak menjadikan orang muda hanya sebagai objek politik semata. /Pixabay/Sasin Tipchai

 

PR Metro Lampung News-- Hanya tiga hari setelah peringatan Sumpah Pemuda, kita diingatkan akan semangat dan tekad para pendahulu bangsa yang menyatukan Indonesia dalam satu darah, satu tanah, satu bangsa, dan satu bahasa. Para pemuda kala itu memimpin dengan visi dan semangat yang kuat. Saat ini, generasi muda Indonesia memiliki peran kunci dalam politik, terutama generasi Z dan Milenial, yang menyumbang 56,45% dari total pemilih tetap pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 (KPU, 2023). Jumlah ini seharusnya mendorong politisi yang bersaing dalam Pemilu 2024 untuk bergerak dan merespons aspirasi generasi muda.

Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat partai politik, calon legislatif, serta calon presiden dan wakil presiden membangun citra diri mereka sebagai bagian dari orang muda. Namun, keputusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon presiden dan wakil presiden berusia di bawah 40 tahun, dengan syarat pernah terpilih dalam Pemilu atau Pemilihan Kepala Daerah sebelumnya, menimbulkan kontroversi. Penggunaan tiket calon wakil presiden oleh anak seorang presiden yang masih menjabat, seperti Gibran Rakabuming Raka (36 tahun), memunculkan pertanyaan tentang apakah orang muda hanya dimanipulasi sebagai alat dekorasi politik semata.

Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) percaya bahwa orang muda harus lebih dari sekadar objek dalam politik. Mereka harus diakui sebagai subjek yang aktif dan terlibat dengan makna (meaningful youth participation). Menurut Roger Hart, ada tujuh tingkat partisipasi, dimulai dari manipulasi, dekorasi, tokenisme, hingga partisipasi yang sesungguhnya, yaitu ketika orang muda diinisiasi dan dipimpin oleh sesama generasi muda dan berbagi keputusan dengan orang dewasa (Puskapa, 2022).

Baca Juga: Meningkatkan Kapasitas Institusi Pemerintah Pusat dan Daerah Menuju Transisi Energi yang Adil

Ketua IYCTC, Manik Marganamahendra, menyatakan orang muda seharusnya bukan hanya target politik, melainkan harus diberdayakan dengan makna. Keputusan MK baru-baru ini tidak memberikan ruang yang adil dan setara bagi orang muda, terutama bagi mereka yang tidak memiliki privilege. Industri rokok adalah contoh bagaimana orang muda dimanipulasi.

"Mereka dijanjikan pendidikan dan prestasi, namun sebenarnya hanya dimanfaatkan untuk mempromosikan merek rokok," kata Manik, dalam keterangan Selasa 31 Oktober 2023.

Program Manager IYCTC, Ni Made Shellasih, menegaskan “Capres dan Cawapres yang bersaing dalam Pemilu harus menghindari manipulasi terhadap orang muda. Keterlibatan orang muda harus memiliki makna. Isu-isu seperti adiksi rokok harus menjadi fokus dalam visi-misi dan janji kampanye mereka.

"Riset telah membuktikan bahwa rokok adalah penyebab kemiskinan dan penyakit serius yang mengancam kesehatan," tambahnya.

Program and Research Officer IYCTC, Daniel Beltsazar, menambahkan, “Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, kesehatan orang muda adalah kunci. Mengurangi konsumsi rokok adalah langkah konkret menuju masa depan yang sehat dan produktif. Kami menyerukan kepada Capres dan Cawapres untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang efektif dalam menekan prevalensi perokok, terutama di kalangan orang muda.”

Halaman:

Editor: Lutfi Yulisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x