Khutbah Jumat Terbaru Januari 2021 Tema Ulama Meninggal - Kehilangan Mendalam Bagi Umat Islam

- 15 Januari 2021, 03:39 WIB
Ulama Indonesia Syekh Ali Jaber wafat Kamis 14 Januari 2021. Ini khutbah Jumat terbaru Januari 2021 tema ulama meninggal kehilnangan mendalam bagi umat Isalm.
Ulama Indonesia Syekh Ali Jaber wafat Kamis 14 Januari 2021. Ini khutbah Jumat terbaru Januari 2021 tema ulama meninggal kehilnangan mendalam bagi umat Isalm. /Instagram/ Yayasan Syekh Ali Jaber/PR Metro Lampung/ Alfanny Pratama

PR Metro Lampung News-- Khutbah Jumat terbaru 15 Januari 2021 kesempataan kalidkali ini dengan tema ulama meninggal atau wafat,  kehilangan mendalam bagi umat islam dan mempersiapkan kematian.

Tema ulama meninggal dapat merasa kehilangan mendalam bagi umat islam sangat relevan menjadi khutbah Jumat terbaru pada referensi topik buat khatib.

Hari ini 15 Januari 2021 umat islam khususnya pria akan mengadakan salat Jumat yang ketiga di bulan Januari.

Tentu kita sama-sama tau baru saja  kehilangan sosok ulama Indonesia.

Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada Kamis 14 Januari hal itu membuat semua masyarakat Indonesia sedih.

Sosok Syekh Ali Jaber ulama yang syiar teduh, akhlak baik, santun, dan kharismatik membuat banyak dicintai umat Islam Se-Indonesia.

Pasca kepergian seorang ulama ke pangkuan ilahi Allah Swt bisa dibahas atau siarkan di momentum khutbah Jumat terbaru 15 Januari 2021.

Mudah-mudahn para jamaah Jumat dapat informasi bagaimana pentingnya sosok ulama di sebuah negeri.

Khatib seluruh Indonesia dapat membaca habis khutbah terbaru tema salah satu ulama meninggal, kehilangan mendalam bagi umat Islam.

Terdapat pula ada surah, hadis, dan lainnya di dalam artikel ini.

Supaya dapat membantu para khatib secara lengkap.

Hal itu dapat disampaikan kepada para jamaah Jumat.

Nah inilah khutbah Jumat terbaru tema satu ulama meninggal, kehilangan mendalam bagi umat Islam dan mempersiapkan kematian dilansir dari NU Online.

Baca Juga: Mengenang 18 Kata-Kata Bijak Syekh Ali Jaber: Ulama Teduh Pernah Alami Penusukan di Bandarlampung

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Tinggalkan Wasiat soal Surat Al Mulk

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Khatib mengajak diri sendiri dan para jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, mempertajam kesadaran ilahiah, mempertebal sikap berserah diri kepada-Nya.

Dan limpahan hidayah dan taufiqnya sehingga kita masih mau dan mampu menjalankan ibadah.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un 3x 

إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ‎, 

Pada kesempatan yang mulia ini kita sedang berduka baru-baru ini ulama Indonesia meninggal dunia yakni Syekh Ali Jaber di tahun yang baru 2021.  

Kepergian ulama  begitu sangat kehilangan yang mendalam bagi umat Islam.

Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir menukil keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

وقال ابن عباس في رواية: خرابها بموت فقهائها وعلمائها وأهل الخير منها. وكذا قال مجاهد أيضا: هو موت العلماء

Dalam salah satu riwayat, Ibnu Abbas mengatakan, berkurangnya bumi dengan kematian fuqaha dan ulama, serta orang-orang soleh.

Demikian pula yang dinyatakan Mujahid, ‘Berkurangnya bumi adalah kematian ulama. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/472).

إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله يقول: يا أحمد فتني وأنا أقول لا بعد لا بعد

“Sesungguhnya setan berdiri di sampingku sambil menggingit jarinya, dia mengatakan, ‘Wahai Ahmad, aku kehilangan dirimu (tidak sanggup menyesatkanmu).  Aku katakan: “Tidak, menjauhlah…. Tidak, menjauhlah….” (Tadzkirah Al-Qurthubi, Hal. 186)

Hal itu mengingatkan pada 2014 terdapat juga ulama kita KH Msduqi Mahfudz meninggal dunia.

KH Mustofa Bisri (Gus Mus) sambil menitikkan air mata. Gus Mus mewakili keluarga memberikan penghormatan terakhir kepada KH Masduqi Mahfudz, ulama lebih pedih dari kerusakan alam.

Semasa hidup KH Masduqi tidak lepas dari mendedikasikan waktunya untuk ilmu, masyarakat dan kemaslahatan umat.

Saat kiai asal Rembang itu meminta kesaksian akan kebaikan KH Masduqi, sontak puluhan ribu jama’ah menjawab, “Kiai adalah orang baik”. 

"Demi Allah Kiai Masduki sangat baik,” susul jama’ah yang lain.

Oleh sebab itu kita begitu kehilangan bila ada ulama yang menghembuskan napas terakhirnya.

Hal ini juga tentu mengingatkan kita bahwa kematian begitu dekat dengan kita. Maka ini terdapat pesan buat kita bersama untuk segera mempersiapkan kematian supaya siap saat ajan menjemput.

 

 

Al-mautu haqq. Kematian adalah sebuah kebenaran. Kalimat tersebut sering kita dengar, khususnya ketika dalam prosesi pembacaan talqin sesaat mayit telah dimasukkan ke liang lahat, dan telah tertutup tanah.

Allah subhanahu wata’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ 

“Setiap jiwa pasti merasakan mati,” (QS Ali ‘Imran ayat 185)

Nabi menyebut orang yang mempersiapkan dirinya untuk bekal kehidupan setelah mati sebagai orang cerdas. Sebaliknya, orang yang tenggelam dalam nafsu duniawi, disebut Nabi sebagai orang yang lemah.

Membaca hadis beserta sanadnya (nama perawinya) yang isinya,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang kalimat terakhirnya, Laa ilaaha illallaah, maka dia masuk surga.” (HR. Abu Daud 3118)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ 

“Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).  

1.  Mengerjakan amal-amal saleh. 

Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan.

Dalam sebuah firman-Nya, Allah subhanahu wata’ala menegaskan:

فَمَنْ كانَ يَرْجُوا لِقاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

“Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al-Kahfi: 110).

2. Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela.

Sebagaimana mengerjakan amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunah. Demikian pula dianjurkan untuk meminimalisasi perkara mubah yang tidak ada manfaatnya.

Syekh Abu Said al-Khadimi berkata:

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ لِلْوَرَعِ مَرَاتِبَ الْأُولَى وَرَعُ الْعُدُولِ وَهُوَ مَا يَحْرُمُ بِفَتَاوَى الْفُقَهَاءِ

“Ketahuilah bahwa wirai memiliki empat derajat. Pertama, wirainya orang-orang adil, yaitu (meninggalkan) perkara haram sesuai fatwa-fatwanya para pakar fiqih,”

3. Segera bertobat.

Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia.

Yang bermasalah adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa. Kematian yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menuntut seorang manusia agar segera bertobat setiap kali melakukan dosa, untuk menghindari akhir yang buruk dalam perjalanan hidupnya (su’ul khatimah).

Agama menekankan untuk senantiasa memperbarui tobat dari segala perbuatan maksiat.

Syekh Ahmad al-Dardiri berkata:

وَجَدِّدِ التَّوْبَةَ لِلْأَوْزَارِ * لَا تَيْأَسَنْ عَنْ رَحْمَةِ الْغَفَّارِ

“Perbaruilah tobat karena beberapa dosa. Janganlah merasa putus asa dari rahmat Allah yang maha pengampun,” (Syekh Ahmad al-Dardiri, Manzhumah al-Kharidah al-Bahiyyah).

Syekh Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani berkata:

وَيَتَأَكَّدُ الْاِسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ أَيِ التَّأَهُّبِ لِلِقَائِهِ بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَاجْتِنَابِ الْأَعْمَالِ الْقَبِيْحَةِ وَالْمُبَادَرَةِ إِلَى التَّوْبَةِ الْمُتُوَفِّرَةِ لِلشُّرُوْطِ وَهِيَ الْإِقْلَاعُ عَنِ الذَّنْبِ وَالنَّدْمُ عَلَيْهِ وَالتَّصْمِيْمُ عَلَى عَدَمِ الْعَوْدِ إِلَيْهِ وَرَدُّ الْمَظَالِمِ إِلَى أَهْلِهَا وَقَضَاءُ نَحْوِ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ وَاسْتِحْلَالٌ مِنْ نَحْوِ غِيْبَةٍ وَقَذْفٍ

“Sangat dianjurkan mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan mengerjakan amal-amal saleh dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela, bersegera bertobat dengan memenuhi syarat-syaratnya yaitu melepaskan diri dari dosa, menyesal atas dosa yang dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulangi serta mengembalikan kezaliman yang dilakukan kepada orang yang berhak, mengqadha semisal shalat dan puasa, serta meminta halal dari perbuatan semacam menggunjing dan menuduh zina

(Syekh al-Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani, Fath al-‘Allam bi Syarh Mursyid al-Anam, Juz.3, hal.206, Dar al-Salam).

Itulah informasi buat khatib ihwal topik khutbah Jumat terbaru 15 Januari 2021 kesempataan saat ini tema ulama meninggal, kehilangan mendalam bagi umat islam. ***

Editor: Alfanny Pratama

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x