Kepala BKKBN Ingatkan Pentingnya Edukasi Pranikah: Tak Hanya Soal Pesta Tapi Soal Pengetahuan Setelah Menikah

18 Juli 2022, 13:47 WIB
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo saat menjelaskan pentingnya edukasi pranikah /Tangkap layar Forum Pimpred PRMN /

PR Metro Lampung News-- Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengutarakan pentingnya edukasi soal pranikah, yakni program pranikah selama 3 bulan yang perlu dilakukan pasangan untuk persiapan menikah.

Bukan hanya soal pesta tapi soal pengetahuan setelah menikah.

Seperti hal-hal berkaitan dengan ibu hamil, apa yang harus dilakukan saat hamil.

Kemudian Hasto Wardoyo juga memberikan beberapa tips bagi Ibu hamil.

Tips Buat Ibu Hamil

Ketika ada ibu hamil mengalami mual dan muntah di pagi hari atau morning sicknes menyebabkan nutrisi yang didapat oleh bayi berkurang.

Hal ini bisa diatasi misalnya dengan minum wedang jahe, bagi gejala ringan.

Ia harap saat hamil, seorang ibu harus kecukupan vitamin D dan asam volat.

“Kalau kekurangan cairan, dehidrasi, keracunan, nafas berbau, bibir keriput, Ini bisa dievakuasi. Infus, bisa kasih gula, vitamin, kalau kondisi parah,” tambahnya. 

Selanjutnya, penambahan berat badan ibu hamil setelah 6 bulan kehamilan perlu di cek, misalnya harus naik 0,5 kg dalam satu bulan.

Kemudian, usia kandungan yang normal manusia adalah 40 minggu yang menjadi pegangan tenaga medis.

Ia menjelaskan di negara maju, warga sudah tahu kehamilan itu beresiko tinggi.

Sehingga perlu persiapan dengan literasi yang cukup sebelum menikah.

Baca Juga: Cara Menggunakan B612 Prediksi Wajah Bayi Online Masa Depan Lewat Penggabung Wajah Yang Lagi Viral di TikTok

Stunting Pada Anak

Selain itu, Kepala BKKBN ini juga menyinggung soal masalah stunting anak yang rawan terjadi bagi pasangan nikah muda bisa menyebabkan stunting anak.

Alasannya, remaja yang berusia 14-19 tahun, ketika sedang hamil mempengaruhi penyerapan kalsium tulang dari sang ibu.

“Nikah usia muda karena mereka masih tumbuh, tapi harus menumbuhkan orang lain. 

Kalsium diambil bayi, untuk tulang bayi,” kata Hasto dalam program Klarifikasi Forum Pimred Pikiran Rakyat Media Network, bertema “Nikah Muda Bikin Anak Stunting?”, Senin 18 Juli 2022.

Ia menuturkan data Mei 2022, indeks stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen. 

Padahal WHO merekomendasikan angka stunting suatu negara tidak lebih dari 20 persen.

Ia menilai, angka stunting ini karena banyak faktor.

Pertama kurangnya edukasi soal stunting, lalu faktor lingkungan dan sanitasi.

Misalnya, jika rumah kurang ventilasi bisa ada yang terkena TBC, lalu kondisi jamban yang kurang baik bisa menyebabkan diare. “Lingkungan sanitasi juga penting,” tambah Hasto.

Untuk itu, pihak BKKN membuat program  sosialisasi kepada generasi muda atau Genre.

Ia menilai, sosialisasi genre dari teman sebaya jauh lebih penting. “BKKBN perlu memberdayakan teman sebaya,” tambahnya. 

Lalu, pihaknya juga bekerjasama dengan Forum Rektor se-Indonesia,mengenai mahasiswa peduli stunting.

 “Ada KKN tematik stunting. Untuk sosialisasi stunting, terutama yang belum menikah,” tambahnya. 

Selanjutnya, pasangan muda juga perlu memperhatikan 1.000 hari kehidupan pertama dari anak. 

Karena pada periode itu diciptakan kemampuan intelektual anak sebagai investasi bagi keluarga baru.

Hasto menutukan, jika ada remaja putri mengalami anemia, lalu gizi seimbangnya kurang, misalnya ada yang takut gemuk sehingga mengurangi nutrisi, maka hal ini bisa berbahaya bagi anak. 

“Remaja yang anemia hamil bisa akibatkan stunting,” tambahnya. 

Lalu, remaja kalau belum cukup ukur, tulang panggul gak pas. “Diamter panggul belum 10 cm, kepala bayi 9,9 cm,” tambahnya.

Akibatnya, ada kejadian saat persalinan misalnya persalinan macet, bayi tidak menangis dan lainnya sehingga membuat bayi tidak sehat.

Idealnya, tinggi bayi adalah 48 cm. 

Hasto menegaskan, stunting bukan hanya masalah pendek. 

Perkembangan anak bisa dilihat dari respon motorik halus, motorik kasar, sehingga tidak mudah disimpulkan anak itu stunting.***

Editor: Lutfi Yulisa

Tags

Terkini

Terpopuler