Para manusia lebih membutuhkan pohon-pohon itu daripada sepotong bambu.
Hari berganti hari. Pagi-pagi kudengar kehebohan di sawah seberang. Rupanya itu adalah anak-anak Way Kambas.
“Gawat! Kata Ayahku, musim kemarau sudah datang!”
“Sawah-sawah akan kekeringan.”
“Kita akan kesulitan air bersih nanti.” Suara-suara mereka terdengar khawatir.
Keesokan hari, kulihat anak-anak Way Kambas datang lagi.
Tapi kini, mereka ditemani para orang tua. Dan, hei, mereka berjalan ke arah kami, para bambu!
“Ayo, ayo! Ambil yang bagus bambunya”
“Iya. Biar kuat!”
Orang-orang mulai memotong kami para bambu.