Network
PR Metro Lampung News– Setelah berselang 30 tahun lebih, Top Gun: Maverick akhirnya rilis tayang di bioskop sebagai cerita lanjutan dari film terbaik Tom Cruise di era 90-an, Top Gun yang tayang pada 1986.
Penayangan film ini sempat mengalami penundaan selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Memasuki penayangan pekan kedua, film yang disutradarai oleh Joseph Kosinski ini masih merajai Box Office AS dengan skor 84 di platform IMDB, dan 97 di Rotten Tomatoes. Total pendapatan kotor film ini pun mencapai 549 juta dolar AS, atau yang setara dengan 7,686 triliun rupiah.
Angka tersebut bersaing dengan Doctor Strange in the Multiverse of Madness, film yang pada pekan kedua penayangannya meraup 550 juta dolar AS, setara 7,700 triliun rupiah.
Mengambil cerita 30 tahun setelah sepak terjang Maverick, diperankan oleh Tom Cruise, pada film Top Gun yang pertama, sekuel Maverick menceritakan tentang sang tokoh utama yang dipindah tugaskan dari pilot tempur menjadi pelatih beberapa pilot muda berbakat yang akan mengemban misi berbahaya.
Maverick yang kemampuannya sudah tidak diragukan lagi dapat dengan mudah mendemonstrasikan target yang harus dicapai dalam misi tersebut, tetapi tanggung jawabnya tak hanya tentang menyelesaikan misi tersebut, melainkan menjamin keselamatan timnya.
Di balik kesuksesan film ini, ternyata terdapat berbagai hal menarik selama proses pembuatannya. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Pembuatan film dibantu dan didukung oleh Pentagon. Militer AS memiliki departemen tersendiri yang menyediakan jasa kerjasama untuk keperluan hiburan seperti pembuatan film. Untuk film Top Gun: Maverick ini, pihak produser film menyewa jasa tersebut senilai sebelas ribu dolar per jam, atau setara dengan 125 juta.
Sebagian besar adegan manuver di udara dilakukan tanpa menggunakan teknologi green screen. Ini berarti, tidak seperti film aksi lainnya yang dewasa ini didominasi dengan adegan di dalam studio dengan bantuan komputer grafis, film Top Gun: Maverick benar-benar dilakukan di dalam jet tempur
